MAKALAH
PERBEDAAN MODEL
PENGAJARAN ROLE PLAYING, SYNECTICS, DAN GROUP
INVESTIGATION
Nama
: Rifqi Fausta Dianta
NIM : 20301241036
Email
: rifqifausta.2020@student.uny.ac.id
Dosen
: Prof. Dr. Marsigit, MA.
Mata
Kuliah : Filsafat Pendidikan Matematika
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
2022
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Perbadingan Model Pengajaran
Role Playing, Synectics, dan Group Investigation.
Makalah ini telah saya susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa.
Oleh karena itu, saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah
tentang Perbadingan Model Pengajaran Role Playing, Synectics, dan
Group Investigationini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Yogyakarta,
22 Desember 2022
Rifqi
Fausta Dianta
Bab I : LATAR BELAKANG
Model pengajaran adalah salah satu alat
untuk mengatur pendidikan yang berorientasi pada kecerdasan (Joyce & Weil,
2003). Terdapat banyak model pengajaran, di antaranya adalah Role Playing, Synectics,
dan Group Investigation.
Model pengajaran role playing mencoba
untuk membantu individu menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan
untuk menyelesaikan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial (Joyce &
Weil, 2003).
Model pengajaran synectics merupakan
model pengajaran yang berfokus pada kreativitas siswa (Joyce & Weil, 2003).
Model pengajaran group investigation adalah
jalur langsung menuju pengembangan komunitas peserta didik (Joyce & Weil,
2003).
Bab II : Pembahasan
A.
Model
Pengajaran Role Playing
Model pengajaran role playing mencoba
untuk membantu individu menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan
untuk menyelesaikan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial (Joyce &
Weil, 2003).
Model pengajaran role playing
berlandaskan filsafat demokrasi dan berorientasi terhadap aksi. Model
pengajaran ini didasari konsep pengalaman dan interaksi. Selain itu, model
pengajaran role playing menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
(Joyce & Weil, 2003).
Skenario dari model pengajaran roleplaying
terdapat 9 langkah, yaitu 1. Pemanasan kelompok, 2. Memilih partisipan, 3.
Tetapkan panggung, 4. Siapkan pengamat, 5. Terapkan, 5. Diskusi dan evaluasi,
7. Terapkan ulang, 8. Diskusi dan evaluasi, 9. Bagikan pengalaman dan
genaralisasi (Joyce & Weil, 2003).
B.
Model
Pengajaran Synectics
Model pengajaran synectics merupakan model pengajaran yang berfokus
pada kreativitas siswa (Joyce & Weil, 2003).
Model pengajaran synectics
berlandaskan filsafat kreativitas dan berorientasi terhadap kreativitas. Model
pengajaran ini didasari konsep penemuan. Selain itu, model pengajaran synectics
menggunakan strategi pembelajaran diskusi open-ended dan eksplorasi (Joyce
& Weil, 2003).
Skenario dari model pengajaran synectics
terdapat 4 langkah, yaitu 1. Orang pertama mendeskripsikan fakta, 2. Orang
pertama mendefinisikan emosi, 3. Identifikasi empati dengan makhluk hidup, 4.
Identifikasi empati dengan benda tak hidup (Joyce & Weil, 2003).
C.
Model
Pengajaran Group Investigation
Model pengajaran group investigation adalah
jalur langsung menuju pengembangan komunitas peserta didik (Joyce & Weil,
2003).
Model pengajaran group investigation
berlandaskan filsafat demokrasi dan berorientasi terhadap sebuah target. Model
pengajaran ini didasari konsep penyelidikan dan pengetahuan. Selain itu, model
pengajaran group investigation menggunakan strategi pembelajaran
kolaboratif (Joyce & Weil, 2003).
Skenario dari model pengajaran group
investigation terdapat 4 langkah, yaitu 1. Kembangkan sistem sosial, 2.
Melakukan penyelidikan ilmiah, 3. Menyelesaikan masalah, 4. Memberikan
pengalaman (Joyce & Weil, 2003).
refleksi
perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika dari
Prof. Dr. Marsigit, MA, Semester Gasal 2022/2023
Prof. Dr. Marsigit, MA, memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk membangun pemikiran mahasiswa dalam
berfilsafat merujuk pada pikiran para filsuf pada Perkuliahan Filsafat
Pendidikan Matematika Semester Gasal 2022/2023. Tujuan dari perkuliahan ini
adalah menjadikan mahasiswa dapat mencapai kemampuan yang sesuai denga napa
yang mahasiswa butuhkan.
Dengan pengalaman Prof. Dr. Marsigit, MA,
saat kuliah di Inggris, beliau memberikan motivasi kepada mahasiswa agar
pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih baik. Referensi yang beliau gunakan
sangat beragam, seperti video perkuliahan beliau, artikel-artikel beliau,
hingga buku-buku filsafat karya penulis luar negeri. Mahasiswa juga diberikan
tugas berupa kuis dan mereview buku Critique of Pure Reason karya
Immanuel Kant dan The Philosophy of Mathematics Education karya Paul
Ernest.
Bab III : Penutup
A.
Kesimpulan
Model pengajaran Role Playing lebih
mengutamakan peran masing-masing individu untuk menemukan makna pribadi dalam
dunia sosial mereka dan untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan kelompok social.
Pengalaman, aksi, dan kerja sama sangat diperlukan dalam model pengajaran ini.
Model pengajaran Synactics lebih
berfokus pada kreativitas siswa. Kreativitas, eksplorasi dan diskusi sangat
diperlukan dalam model pengajaran ini agar siswa dapat menemukan apa yang
sedang dicari.
Model pengajaran Group Investigation
lebih mengutamakan kolaborasi antar siswa. Siswa diajak untuk menyelidiki
bersama kelompoknya untuk mendapatkan pengetahuan baru. Oleh karena itu,
kolaborasi sangat diperlukan dalam model pengajaran ini.
Daftar Pustaka
Joice, B. and Weil, M.,
2003, Model of Teaching, Fifth Edition, New Delhi: Prentice-Hall